Minggu, 02 November 2008

puisi: Tanyaku pada Ibu

Tanyaku pada Ibu

Ibu, betulkah cintamu sepanjang jalan

Tapi, kenapa engkau tega mengutukku menjadi abu

Jawablah Ibu, agar resahku tentang cintamu tidak lagi menyaru

Melenggang pada tapal batas harap, sedikit pun tak kutemukan cemas di wajahmu

Ketika perlahan dan sembunyi-sembunyi engkau menitipkanku pada jalan nasib

Kulihat sedihmu, tetapi hatiku yang dicucuri air mata

Ibu, wajahmu kerap kulukis pada tanah merah

Dengan nisan tanpa nama sebagai sandaran

Dan cintamu kucoba eja lewat bait-bait yang kususun dari huruf-huruf sepi

Tetap ku tak sampai; semakin kupercepat gerak tangan dan lidahku

Tubuh semakin kaku hingga ambruk pada tanah merah, oleh darah

Kaupergi, kembali, pergi

; tak ada sisa baumu kuindrai

Ibu, kudengar orang-orang berkata, “Anak itu jadah”

Padahal jika ku berkaca, rautku sungguh serupa dengan mereka

Benarkah

Hanya engkau yang tahu siapa lelaki itu

Namun, rinduku padanya takkan sebesar kebencian yang diwariskan kehidupan kepadamu

dan kegelapan pun menari

Ibu, sering kubayangkan engkaulah Mariyam, tapi tak pernah lama

Sebab satu tetaplah satu, tak pernah menjadi dua atau tiga

Dan saban waktu mimpi-mimpi itu bersetubuh dengan jasadku, membawa kabar luka

Bahwa lelaki itu memaksamu, Ibu

Ibuku wanita ayu

Tidak, Ibuku perempuan berilmu

Salah, Ibuku tukang jual jamu

Dengkulmu, Ibumu adalah sundal seharga lima ribu

Kulukis awan-awan kecil pada langit rindu, berharap kauhadir dan membawaku

Ingin kureguk sebanyak mungkin aromamu sebelum kesadaran berkunjung

Memperdengarkan padaku nyanyian-nyanyian sesat tentangmu

Ibu, di mana harus kupelajari makna cintamu

Sementara diriku tak pernah dicintai

Benarkan, Ibu

Hingga mati pun, engkau tetap membisu

Hanya tatap sendumu yang masih memelukku

Menyisakan uap cinta tanpa pernah sempat menjadi hujan

Menggigil, ku berlari, mengejarmu, jejak-jejakmu

“Berbaliklah, aku ada di belakangmu”

Perempuan itu tersenyum dengan segenggam cinta di tangannya

Kaupergi, kembali, mengajariku makna cinta pada seorang lelaki

Cinta yang melemparku pada sunyi

; Juga benci

4 komentar:

Anonim mengatakan...

good post bro.....

Anonim mengatakan...

hhhm....(i'm crying)

rinalsp-lamkuta mengatakan...

i try to give my best.

Liza Marthoenis mengatakan...

hiks hiks...terharu bacanya bang,..